Mendorong Industrialisasi yang Bersifat Inklusif (Sejarah, Faktor-Faktor dan Upaya Memajukannya)
Industrialisasi berasal dari kata industri
yang berarti memiliki makna kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, melalui mesin (KBBI). Jadi
industrialisasi adalah
suatu proses
perubahan sosial
ekonomi
yang
mengubah sistem pencaharian masyarakat
agararis
(pertanian) menjadi masyarakat industri. Industrialisasi
adalah bagian
dari proses modernisasi dimana perubahan sosial
dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi
teknologi. Sedangkan inklusif
bisa diartikan sebagai keseluruhan atau disamaratakan. Dimana setiap sesuatu
baik itu orang, wilayah memiliki porsi yang sama dengan yang lainnya. Bisa dikatakan industrialisasi yang bersifat inklusif adalah proses modernisasi perubahan sosial dan
perkembangan ekonomi
yang berhubungan dengan inovasi teknologi
yang dilakukan secara merata dan
menyeluruh disetiap wilayahnya.
Sejarah perkembangan industri atau
lebih dikenal dengan revolusi industri
di dunia diawali
dari perkembangan industri di Inggris
pada abad
ke-18.
Dorongan terbesar terjadinya revolusi
industri adalah saat ditemukannya mesin uap oleh James Watt’s
pada tahun 1764. Mesin ini menjadi pendorong utama tenaga mesin penggerak pada pertanian pabrik. Percepatan
revolusi
industri terjadi pada tahun
1800 dengan dikembangkannya mesin
yang menggunakan
bahan
bakar
dan listrik. Penemuan mesin-mesin ini mendorong pemilik bermodal besar untuk memperkerjakan banyak tenaga-tenaga buruh, dan mendirikan gedung- gedung besar. Tempat kerja buruh yang
digunakan untuk berproduksi
disebut manufacture. Manufacture-manufacture inilah yang merupakan langkah awal dari industrialisasi di Inggris, yang kemudian mulai diikuti oleh negara-negara lainnya.
Di Indonesia
era industri dimuali pada
jaman kolonial
Belanda. Era
industri di Indonesia waktunya
berdekatan dengan awal perkembangan Industri di
inggris yaitu pada
abad ke-18
tahun 1826. Industri
di
Indonesia dimulai bersamaan dengan awal perkembangan
Pabrik-pabrik Gula di Jawa. Gula merupakan komoditas
utama
pada jaman kolonial Belanda. Dengan
peningkatan permintaan gula di Eropa maka pada tahun 1750 pabrik milik atnis Cina disewa
untuk memproduksi
gula
di
Eropa
terutama di pantai
utara Jawa.
Awalnya
teknologi pengolahan tebu menjadi gula
begitu sederhana
dan
tradisional. Cairan
atau sari tebu didapat dari alat pengepres berupa silinder
batu atau kayu yang
diletakkan berhimpitan
yang digerakkan oleh tenaga manusia atau
ternak. Karena
tingginya permintaan di Eropa perlahan teknologi ini ditinggalkan. Mulailah
pada jaman Hindia
Belanda Indonesia memasuki
Era Industrialisasi dalam arti
sebenarnya, yaitu penggunaan
mesin-mesin dalam melakukan proses produksi. Dengan didukung modal besar, pada tahun 1830, pabrik gula di Jawa Barat bertenaga
mesin mulai berdiri. Inilah titik awal lahirnya industri di Indonesia. Pesatnya
pertumbuhan
industri gula
saat itu juga diikuti
oleh pertumbuhan industri kereta api di akhir
abad
ke-18.
Pertumbuhan industri di Indonesia lebih didominasi
pada
Pulau Jawa. Jawa Barat menjadi
jantung industri Nasional dan menjadi
wilayah yang
melopori industrialisasi di Indonesia, yang
kemudian diikuti dengan wilayah Jawa
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Timur.
Sebanyak 74 kawasan industri yang tersebar di
Indonesia, 40 diantarnya berlokasi di Jawa Barat, jadi bisa
disimpulkan Jawa Barat merupakan jantung industri Nasional dengan mengendalikan lebih dari
50 persen kontribusi sektor
terhadap perekonomian nasional. Sedangkan untuk ketiga wilayah lainnya seperti Jawa
Tengah, DIY dan Jawa Timur
masih dalam tahap
pengembangan. Untuk
Jawa
Tengah pengembangan industrinya berfokus pada industri
makanan & minuman,
industri logam, industri
komponen otomotif,
industri keramik, industri
tekstil, dan industri furnitur berbasis kayu. Sedangkan
di
DI Yogyakarta berfokus
pada industri batik,
industri pengolahan kulit,
industri kerajinan dan industri pengolahan kayu. Selanjutnya, di Jawa Timur
berfokus pada industri makanan & minuman, industri
perkapalan, industri
garam, serta industri
kecil dan menengah
di bidang sandang, kerajinan
dan batu mulia. Sedangakn pertumbuhan
industri di luar jawa seperti Kalimantan,
Sumatra,
Papua dan
sekitarnya
masih
dikatan kurang dan belum maksimal. Hal ini bisa dilihat sebanyak 70 persen industri masih berpusat di Pulau Jawa. Perbedaan pertumbuhan industri di setiap wilayah di Indonesia
menjadikan industrialisasi di Indonesia belum
bersifat inklusif,
karena hanya berpusat
pada
wilayah tertentu saja.
Ada beberapa faktor kenapa industri di Indonesia belum bersifat inklusif. Pertama, masalah ketersediaan infrastruktur di luar Pulau Jawa yang hingga saat ini kurang mampu
mendukung perkembangan industri seperti jalan, rel kereta api,
pelabuhan, listrik, air bersih dan lain-lain yang membuat investor
tidak tertarik
untuk menanamkan modalnya
diwilayah
tersebut. Kedua, yaitu masalah tata ruang.
Belum semua
kabupaten kota di Indonesia mempunyai dan mempersiapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), khususnya yang diperuntuhkan
untuk kawasan industri.
Ketiga, yaitu soal ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang
terampil dan
terlatih
untuk memenuhi kebutuhan industri. Hal ini membuat
pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa tidak seagresif Pulau Jawa. Keempat, yaitu
kurang minat
swasta untuk membangun
kawasan
industri di luar Pulau Jawa.
Untuk menuju industrialisasi Indonesia yang
bersifat inklusif diperlukan perubahan dan
perbaikan. Langkah utama yang
wajib dilakukan adalah berupa pembangunan,
peningkatan
dan pemerataan
infrastuktur di
setiap
wilayah di
Indonesia, khususnya di luar Pulau Jawa. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit
untuk membangun infrastuktur, tapi hal ini akan sebanding
dengan hasil yang didapatkan. Dengan pembangunan infrastuktur di setiap wilayah
di Indonesia, khususnya di luar Pulau Jawa akan membuat pertumbuhan industri
di wilayah tersebut menjadi mudah karena akses utama kegiatan industri seperti akses jalan,
rel kereta, pelabuhan listrik, air bersih dan
lainnya terpenuhi.
Berkaca dari permasalahan tersebut kunci utama untuk mendorong
industrialisasi yang
bersifat inklusif di Indonesia
diperlukan pembangunan, peningkatan dan pemerataan infrastuktur di setiap wilayahnya, khususnya di luar
Pulau Jawa. Jika infraktuktur sudah terpenuhi maka
pertumbuhan industri di
wilayah
tersebut akan mudah,
dan bisa
mencapai industrialisasi
yang bersifat
inklusif.
Komentar
Posting Komentar